Detik-detik akhir tahun 2013 menuju tahun 2014 semakin dekat, bahkan
hanya tinggal menghitung jari. Tidak bisa dipungkiri, malam tanggal 31
Desember nanti ribuan manusia di seluruh dunia akan berpesta
merayakannya.
Bagai sudah menjadi sebuah kewajiban, setiap malam tahun baru tidak
pernah kita tidak mendapati kembang api dengan berbagai bentuk yang
indah menghiasi langit malam. Bahkan beberapa hari sebelum malam
pergantian tahun itu, di sepanjang jalan sudah berjajar puluhan penjual
kembang api.
Tapi tahukah anda bahaya kembang api itu? Mungkin jika satu dua
kembang api tidak terlalu masalah. Tapi jika ratusan atau bahkan ribuan?
Pembakaran kembang api dapat menghasilkan bahan pencemar udara, yang tentu saja berdampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan.
Secara umum komposisi utama kembang api adalah sebagai berikut:
Binder: Binder berfungsi sebagai agen pengikat sehingga seluruh bahan pembuat kembang api dapat dijadikan campuran berbentuk pasta. Contohnya: dextrin.
Oksidator:
Oksidator digunakan sebagai penghasil oksigen untuk memulai proses
pembakaran. Contohnya: Golongan nitrat, klorat, perklorat.
Reduktor: Reduktor bereaksi dengan oksigen yang dihasilkan oleh oksidator untuk membentuk gas bertemperatur tinggi dan mengembang dengan cepat. Contohnya: belerang dan karbon.
Fuel:
Fuel akan melepaskan elektron pada oksidator, menyebabkan oksidator
tereduksi, yang akan menimbulkan terjadinya ikatan antara fuel dan
oksigen membentuk produk yang lebih stabil. Contohnya: karbon atau
thermit.
Regulator:
Logam biasanya ditambahkan untuk mengatur kecepatan terjadinya reaksi
pada kembang api. Semakin besar luar permukaan logam maka akan semakin
cepat reaksi akan berlangsung.
Berdasarkan
bahan tersebut, terdapat dua bahan/komponen pokok kembang api:
pengoksidasi (oksidator/oxidizer) dan pereduksi (reduktor/reducing
agents). Bahan pengoksidasi yang lazim dipakai adalah natrium nitrat (NaNO3) dan kalium klorat (KClO4), dan pereduksinya adalah sulfur (S) dan arang karbon (C).
Setiap
1 porsi natrium nitrat yang dibakar akan menghasilkan 1,5 porsi oksigen
(O2) dan setiap 1 porsi kalium klorat yang dibakar akan menghasilkan 2 porsi oksigen (O2).
Lihat persamaan reaksi di bawah ini:
2NaNO3 (s) -> 2NaNO2 (s) + 3O2 (g)
KClO4 (s) -> KCl (s) + 2O2 (g)
Oksigen
(O2) yang terbentuk kemudian direduksi oleh sulfur (S) dan arang (C)
menjadi gas belerang/sulfur (SO2) dan gas karbondioksida (CO2).
**SO2 adalah gas penyebab hujan asam karena SO2 dapat bereaksi dengan uap air membentuk asam sulfat.
**CO2
atau gas yang biasa disebut gas rumah kaca, yang dapat memerangkap
panas sehingga menimbulkan efek rumah kaca (green house effect) yang
menyebabkan naiknya suhu atmosfer.
Bayangkan
jika di Indonesia saja setidaknya menghabiskan 10 ton kembang api, maka
kita telah menyumbang pencemaran ke udara berupa gas SO2 sebanyak 7,5 ton dan CO2 sebanyak 10 ton. Padahal Indonesia selama ini dikenal sebagai paru-paru bumi.
Lalu
bagaimana bila diseluruh dunia menyalakan kembang api? Misalkan saja
hanya ada 150 negara dan kalikan 10 ton. Maka sedikitnya 1125 ton gas
sulfur dan 1500 ton karbondioksida lepas ke atmosfer hanya dalam satu malam.
Itu
hanya bahan peledak kembang api saja. Belum zat-zat lain untuk
menimbulkan cahaya yang berwarna-warni saat kembang api meledak di
udara. Maka bahan-bahan dasar itu ditambahkan lagi dengan bahan-bahan
logam (metal).
Sisa
pembakaran senyawa-senyawa logam adalah partikel padat yang tersuspensi
di udara. Bila terhisap pada saat pernapasan, ia akan mengendap di
paru-paru.
Tidak
hanya zat-zat yang terkandung di dalamnya saja yang berbahaya.
Suara-suara keras yang ditimbulkan oleh kembang api, kerap membuat orang
lain takut atau terganggu. Bukan hanya manusia, kadang hewan pun juga
ketakutan.
Asap dan debu kembang api mengandung
sisa-sisa logam berat dan senyawa-senyawa kimia yang beracun seperti
yang telah disebutkan diatas, dan tentu saja membahayakan kesehatan.
Contoh lainnya, senyawa tembaga yang dipakai untuk menghasilkan warna
biru dapat menghasilkan dioxin yang
menyebabkan kanker. Kembang api juga mengandung senyawa perklorat yang
sangat mudah larut dalam air. Bahkan dalam konsentrasi yang sangat
rendah disuplai air minum, perklorat dapat menghambat pengambilan iodine
oleh kelenjar tiroid.
Hingar bingar perayaan tahun baru 2012 lalu, telah membunuh kawanan burung blackbird di Beebe, Arkansas, Amerika Serikat.
Ratusan burung mati dan berjatuhan karena kembang api malam perayaan pergantian tahun itu.
Laman
CNN melaporkan setidaknya ada 200 ekor burung yang mati. Kejadian ini
tentu bukan yang pertama kalinya terjadi. Pada tahun sebelumnya,
ditemukan sekitar 5000 burung yang menemui ajal di tempat yang sama.
Sudah jelas, kembang api memiliki kontribusi
besar bagi gangguan kesehatan, polusi udara, dan perubahan iklim.
Sampah-sampah padat sisa pembakaran kembang api, baik yang mudah/tidak
terburai juga akan mencemari perairan dan tanah/daratan.
Memang tidak ada yang melarang untuk menyalakan
kembang api pada perayaan serta pergantian tahun itu. Tapi kita sebagai
manusia, yang pada dasarnya adalah makhluk yang ditunjuk oleh Tuhan
sebagai pemimpin di muka bumi ini, bisa berpikir bijak. Jika setiap
tahun kita menyumbangkan ribuan ton racun pada bumi ini, bagaimana nasib
anak-cucu kita masa mendatang, bagaimana nasib hewan-hewan dan tumbuhan
serta kelangsungan lingkungan di bumi ini?
Pikirkan
20-100 tahun mendatang. Bumi ini indah. Segala ciptaan Tuhan itu indah.
Jangan sampai kita merusaknya, apalagi ini adalah tempat yang telah
Tuhan amanahkan pada kita untuk menjaganya.
Selamat Tahun Baru 2014
Save Our Earth, Save Our Children, Save Our Lives!
S.OU~L
Sumber:
http://green.kompasiana.com/.../ribuan-ton-asap-kembang...
http://kata2dunia.blogspot.com/.../bahaya-dibalik...
http://www.riaupos.co/